![translation](https://cdn.durumis.com/common/trans.png)
Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Apakah benar-benar bahagia jika hidup dengan baik?
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
-
Negara referensi: Semua negara
- •
- Kehidupan
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Kebaikan tidak selalu membawa hasil yang baik, dan terkadang kita harus meninggalkan kebaikan dan melindungi hak dan prinsip kita.
- Dalam suasana sosial yang memaksa kebaikan, perilaku orang jahat yang mengganggu diri sendiri seringkali menggunakan kebaikan sebagai senjata.
- Pada akhirnya, kebaikan dapat berubah sesuai dengan situasi, dan siapa yang kita perjuangkan dan kepada siapa kita harus bersikap baik sangatlah penting.
Seringkali saya bertemu orang yang menekankan nilai 'kebaikan'. Kebaikan adalah salah satu nilai yang dianggap sebagai perilaku ideal sejak kecil dan menjadi hal yang penting untuk dicintai dan diakui. Namun, seiring bertambahnya usia, saya mulai mempertanyakan apakah perilaku baik benar-benar membuat saya bahagia.
"Yang penting baik."
Bersama dengan kebaikan, pepatah 'yang penting baik' juga sering digunakan. Saya sendiri seringkali menahan hal-hal yang tidak menyenangkan dengan pemikiran ini. Namun, Apakah benar-benar 'yang penting baik'? Siapa yang sebenarnya mengatakan 'baik' dalam arti 'yang penting baik'? Saya percaya karma, tetapi terkadang saya bingung apakah 'yang penting baik' benar-benar baik.
Penulis buku
Sikap munafik 'Aku boleh, kamu tidak boleh', dan berbohong dengan terang-terangan tanpa ragu, serta mengklaim diri sebagai korban ketika masalah muncul adalah ciri-ciri umum dari narsisis, psikopat, sosiopat, dan orang-orang yang kita sebut jahat. Meskipun ada perbedaan tingkat keparahan, ada kesamaan yang besar dalam cara mereka menyiksa orang.
-Kenapa Dia Tidak Minta Maaf, Yoon Seoram, Spring
Sukai atau tidak, kita bertemu dengan orang yang memiliki ciri-ciri seperti ini dalam hidup. Seiring waktu, kita secara alami menyadari bahwa 'yang penting baik' tidak selalu benar, dan hidup dengan baik tidak selalu bahagia. Lebih jauh lagi, kita juga mengetahui bagaimana nilai kebaikan dan pepatah 'yang penting baik' berubah ketika orang jahat dalam kesulitan.
Gadis Bertopi Merah Menatap Cermin Rias (1921)_Paul Stahr (Amerika, 1883-1953)
"Apakah hidup dengan baik benar-benar membuat kita bahagia?"
Ini adalah pertanyaan kompleks yang jawabannya dapat bervariasi tergantung pada situasi. Kebaikan tidak selalu mengarah pada kebahagiaan, dan terkadang kita harus mengorbankan kebaikan demi mempertahankan hak dan prinsip kita. Pada akhirnya, penting untuk siapa kita hidup dengan baik, dan kepada siapa kita menunjukkan kebaikan.